mgid.com, 605850, DIRECT, d4c29acad76ce94f
banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90

Megawati Komplain, Proyek Pagar pada Penggantian Jembatan Jentang 1 Singkawang Berpotensi Mematikan Usaha Masyarakat

  • Share

SINGKAWANG, infokalbar.com – Proyek Penggantian Jembatan Jentang 1 yang dikerjakan oleh PT Kartia Tarina Bumi KSO di Jalan Kaliasin Luar, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan menuai komplain dari sejumlah masyarakat tempatan.

Pasalnya proyek penggantian yang dibarengi dengan pembangunan pagar di samping jembatan tersebut, dinilai warga dapat berpotensi mematikan usaha-usaha yang berada di sekitar lokasi. Dimana, selain celah antara bangunan pagar yang terlalu sempit, pagar tersebut juga dinilai dibuat terlalu tinggi. 

Alhasil, warung-warung warga yang awalnya mudah diakses kini menjadi sedikit sulit. Tambah lagi dengan ketinggian pagar yang dibuat–membuat warung atau tempat usaha milik warga tidak mudah terlihat oleh calon pembeli.

Hal ini sebagaimana yang disampaikan Megawati, salah satu masyarakat Kelurahan Sedau. Kepada wartawan Infokalbar.com, Megawati menceritakan keluh kesahnya ini, pada Kamis 28 Oktober 2021.

“Pagar jembatan yang di bangun pas di depan depan rumah saya, sangat mengganggu. Soalnya saya jual kue, jual gorengan. Sejak dipagar ini kan saya ndak bisa jualan lagi selama empat bulan lebih dah mau masuk lima bulan,” kata Megawati dengan raut wajah sedih

“Saya kan penghasilannya di situ, sekarang saya ndak kerja–ya begitu lah, tiap hari tunggu-tunggu sampai dia (proyek, red) selesai,” sambungnya.

Megawati mengaku kesal, mengapa pagar jembatan yang dibuat itu terlalu tinggi, sehingga menutupi tempat usahanya.

“Mau kasi kita jalan lewat, tapi itu pun udah ndak bisa jualan, kan udah ketutup semua oleh pagar yang tinggi itu. Kita pun udah cari sana-sini ndak ada yang mau tolong,” ucapnya lirih.

Parahnya lagi, saat akan membuat pagar tersebut, dari pihak pelaksana proyek, tidak sedikit pun melakukan pemberitahuan maupun sosialisasi sebelumnya kepada warga.

“Rumah saya ini tempat saya jualan untuk mencari nafkah. Mereka mau magar depan rumah saya ini pun ndak ada ngomong apa-apa ke saya, padahal saya setiap hari di rumah,” kesalnya.

“Waktu dia datang bawa eskavator, tiba-tiba paginya batunya datang, saya masih ndak tau batunya buat apa gitu kan,  paginya besok udah dikerjakan gitu,” beber Megawati.

Lebih lanjut, Megawati menyatakan bahwa warungnya merupakan andalan bagi kelangsungan hidupnya dan orangtuanya. Ia tidak memiliki mata pencarian lain selain berjualan. Selain ia sendiri sudah tua, sehingga hanya penghasilan dari berjualan itulah yang menjadi satu-satunya harapannya.

“Ini kan pagar sudah jadi, ndak bisa dibongkar lagi. Saya berharapnya pemerintah apa lah (solusinya, red), orang tua saya juga sudah tua benget, kasihan kita lah,” katanya.

“Pun bahaya nanti kalau misalnya ada mobil melintas–inikan posisi rumah kita di bawah jembatan tinggalnya, misalkan ada kecelakaan bahaya juga kita kan? Karena rumah kita lebih rendah di samping jembatan yang tinggi, apa lagi tempat sembahyang saya juga kena tutup pagar itu, dan tak bisa sembahyang,” kata Megawati lagi.

Ia juga menambahkan, bahwa omset penjualannya kini menurun drastis. Jika biasanya ia bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 200 ribu perhari, namun sejak pagar itu dibangun, jangan Rp 200 ribu, kata dia, pengunjung datang pun tidak ada lagi.

“Karena susah parkir bagi pengunjung warung. Jembatannya tinggi dan pagarnya yang di bangun pas depan rumah saya juga tinggi sekali, itu menghambat tempat usaha saya, sudah lima bulan saya gak ada pemasukan ndak bisa jualan ndak bisa cari rezeki karena pagar yang di bangun itu benar-benar menghambat di depan rumah saya, di mana tempat saya usaha cari rezeki,” tutup Megawati kembali menekankan.

Sebagai informasi, dana proyek penggantian Jembatan Jentang 1 ini bersumber dari APBN tahun 2021, dengan nilai kontrak Rp 3.411.217.000.00 dengan waktu pelaksanaan 210 (dua ratus sepuluh) hari kalender. (Indra)

  • Share