BENGKAYANG, infokalbar.com – Kebijakan serampangan yang dilakukan oleh oknum SMPN 3 Goa Boma di Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang dinilai telah mencoreng dunia pendidikan di Kalimantan Barat. Dimana ketua komitenya berinisial FS diduga telah membuat kebijakan sepihak tanpa melibatkan sekolah untuk melakukan pungutan kepada orang tua murid sejak tahun 2017.
Berdasarkan informasi yang dihimpun redaksi, pada Minggu (19/12/202), saat FS menjadi ketua komite dari tahun 2017 – 2020 di SMPN 3 Goa Boma, ia disebutkan telah meminta sumbangan kepada para orang tua murid untuk pembuatan pagar sekolah dan honor guru. Belakangan, kebijakan komite ini dituding tanpa meminta persetujuan pihak sekolah.
Untuk informasi, jumlah murid SMPN 3 Goa Boma saat itu dari kelas 1 – 3 pada tahun 2017 berjumlah sekitar 160 murid. Per-murid ditarik Rp 5000 rupiah, dengan dalih untuk pembuatan pagar sekolah dan honor guru. Namun hingga kini pagar sekolah yang dijanjikan tak pernah dikerjakan. Dana yang telah disetor kepada FS pun terkesan menguap begitu saja.
Sejumlah orang tua murid yang enggan mau disebutkan namanya, pun mempertanyakan kepada pihak sekolah perihal tersebut. Utamanya mengenai pagar sekolah yang hingga dengan saat tahun 2021 ini tidak kunjung ada tanda-tanda bakal dikerjakan atau pun dibangun.
TU SMPN 03 yang enggan disebutkan namanya saat dikonfirmasi wartawan infokalbar.com via WhatsApp membenarkan, bahwa tahun 2017 memang ada kebijakan komite sekolah untuk melakukan pungutan kepada orang tua murid, sehingga diadakan pertemuan tanpa melibatkan pihak sekolah. Saat itu, kepala sekolah hanya memberikan fasilitas, selebihnya pihak sekolah tidak tau apa-apa.
Menurut TU tersebut, waktu itu yang ia dengar bahwa tujuan pungutan dana itu diperuntukan untuk membangun pagar sekolah dan pembayaran honor guru.
“Tapi setelah diterima dana tersebut honor guru hanya dibayarkan sekali dan hingga saat ini pagar sekolah sama sekali tidak dikerjakannya,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 3 Goa Boma, ketika dikonfirmasi melalui WhatsApp terkait pungutan ini juga membenarkan. Namun dirinya mengaku tidak tau menau, seperti apa pemungutan bentuk dan tujuannya. Ia pun lalu meminta wartawan Infokalbar.com agar menanyakannha langsung ke ketua komite waktu itu.
“Soal uang sumbangan yang sumbernya dari orang tua murid yang katanya untuk pembuatan pagar sekolah saya tidak tau menau,” jelas kepsek yang tak mau namanya dicantumkan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa SMPN 3 Goa Boma merupakan sekolah negeri, dengan kata lain, semua anggaran jelas dari pemerintah, sehingga jika ada pungutan ke siswa atau orang tua seharusnya dirapatkan dan di minta persetujuan semua pihak.
“Jika disetujui, barulah diadakan pungutan, dan tentunya penggunaan dana itu harus jelas, transparan dan dapat dibuktikan hasil realisasinya agar orang tua murid dapat melihatnya” ucapnya.
Di tempat terpisah, ketua komite, FS, saat dikonfirmasi via WhatsApp oleh media ini pun tak mengelak. Ia membenarkan ketika dirinya menjadi ketua komite di SMPN 3 periode tahun 2017-2020 memang ada meminta sumbangan dana ke orang tua murid dari kelas I – III.
“Per-siswa Rp 5000, dana ini akan diperuntukan untuk bangun pagar sekolah dan bayar honor guru, tapi setelah terkumpul dana itu tidak cukup jadi saya belikan batako untuk pembuatan taman sekolah,” ucapnya
FS, juga menjelaskan bahwa uang dari siswa itu ia ‘kelola’ bersama temannya.
“Uang dari siswa itu bukan saya aja yang pegang, tetapi ada satu teman saya lagi (tapi tidak dijelaskan siapa teman itu). Jadi memang sampai dengan saat ini pagar sekolah belum dikerjakan,” akunya.
Sementara itu menurut bendahara komite SMPN 3 Goa Boma, SY menjelaskan, bahwa tujuan meminta sumbangan kepada orang tua murid adalah untuk membuat pagar sekolah dan membantu membayar honor guru.
“Saya selaku bendahara, tugas saya hanya melaksanakan perintah dari ketua komite, setelah berjalannya waktu ketua komite dan kepala sekolah tidak ada kecocokan. Setau saya ketidakcocokan karena ketua komite terlalu dominan dalam pengambilan keputusan di sekolah, sehingga kepala sekolah kurang suka dengan sikap dia,” tutupnya. (Indra)