Bengkayang, infokalbar.com – Dua orang Pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) tewas tertimbun longsor di lokasi PETI (Pasiran) Desa Gua Boma Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, kedua orang tersebut Rusnadi asal Kabupaten Sambas dan Rudi asal Kabupaten Bengkayang pada Sabtu (25/06) sekira Pukul 15.45 Wib.
“Untuk memberikan keterangan terus terang saya nggak berani. Karena yang di sini yang punya wewenang adalah DANRINDAM. Jadi mohon maaf saya tidak bisa memberikan keterangan apa yang mas-mas kehendaki, Silahkan aja mau ke DANRINDAM maupun ke KODAM”. katanya.
Lanjutnya,”Terkait masalah kejadian kemarin sore memang ada korbannya 2 orang laki-laki, Usia 24 tahun sama 22 tahun kalau nggak salah gitu, kemudian asal korban satu dari Subah Kabupaten Sambas dan satu lagi dari mentrado serta semua korban sudah dievakuasi tadi pagi langsung diantar sama Kawan-kawan, Yaitu satu mobil ke mentrado dan satu mobil lagi ke arah subah.
Dilansir dari JurnalPolisi.co.id Bos pemodal pekerja bertanggung jawab atas semua kejadian ini dan akan di urus secara kekeluargaan, sebab kejadian ini sudah biasa kalau terjadi kecelakaan akan ditangani langsung oleh Bosnya.Terus terang kita sangat prihatin dengan kondisi ini, Saya di sini hanya mewadahi saja. Kemarin sudah pernah di tutup, namun karena kondisi mata pencaharian juga, kawan-kawan menginginkan juga. Kalau di lihat dari peta lokasi ini memang milik RINDAM.
Di tempat yang sama Kepala Desa Goa Boma Amdan menerangkan kepada media ini, Kejadian memang tadi malam saya mendapat informasi namun siang ini bisa langsung ke TKP akibat cuaca hujan.
“Saya mendapat informasi dari tadi malam karena memang terkendala cuaca hingga saya baru ke TKP sekitar jam 1 siang ini, setelah kita cek dan memperlihatkan koordinat ternyata TKP itu kurang lebih 100 meter lagi batas dengan Pemkot Singkawang. Artinya secara keseluruhan kejadian di TKP itu masuk wilayah umumnya kabupaten Bengkayang dan wilayah administrasi Desa Goa Boma dan kapasitas saya disini memastikan wilayah kejadian yang sebenarnya.
Lanjut Amdan, untuk masalah aktivitas disini selama ini tidak pernah ada lapor ke pihak Desa, dalam hal ini desa tidak pernah ikut campur serta kami jarang di libatkan secara langsung hanya mendengar kabar baru turun TKP kalau pun kami tahu. Memang selama ini para pengusaha yang ada tidak pernah lapor secara khusus, baik bertamu atau buka usaha tidak pernah untuk memberikan laporan kepada pemerintah Desa,” ungkapnya.
“Kami berharap kepada masyarakat, kalau bisa beralih ya beralihlah ke pekerjaan lain daripada selalu menimbulkan korban. Untuk beralih ke pekerjaan lain tentunya kami punya PR yang begitu banyak, artinya kita harus menyiapkan lapangan pekerjaan juga, baik secara pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten. Inilah yang menjadi PR kami nanti, bagaimana masyarakat ini tentunya kami sosialisasikan, termasuk ya salah satu kegiatan yang dilakukan bersama TNI yaitu melakukan penanaman kembali atau penghijauan.
Untuk Masalah aktivitas disini jelas berimbas terhadap dampak Ekonomi juga sangat positif, hanya saja kegiatan ini tidak punya ijin serta nilai negatifnya pengerusakan lahan. Dan harapan kami kepada pemerintah daerah baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi, bukalah lapangan pekerjaan yang mampu menampung banyak orang, agar supaya hal-hal ini tidak terjadi lagi. Sebab pengusaha PETI ini tidak ada yang berani terang terangan, mereka semua kucing kucingan dalam arti kata.
Kami pemerintah desa pun tidak mengetahui, Karena kalau setiap hari kesini jelas jarak tempuh juga jauh, Serta apa kapasitas kami selalu datang ke sini. Kalau ada hal-hal seperti ini kami tidak tahu kalau tidak turun ke lapangan, apakah itu wilayah bengkayang atau wilayah Singkawang. Sebab lihat dari situasi ini banyak sekali wilayah perbatasan. Ada perbatasan Singkawang dan Bengkayang ada perbatasan sungai raya dan menterado. Jadi kalau tanpa turun ke TKP kita akan sulit membuat stetmen bahwa benar terjadi disuatu daerah, pungkasnya. (TIM)