SINGKAWANG, infokalbar.com – Keberagaman budaya adalah kondisi masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa, bahasa, dan budaya. Disadari atau tidak, kondisi keberagaman budaya membawa banyak manfaat bagi suatu bangsa.
Melihat dan menyikapi mulai dari awal terbentuknya Pemerintah Kota Singkawang hingga saat ini bahwa beberapa kebudayaan masyarakat Muslim di bumi Borneo ini mulai tersisihkan oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
Hal ini diperparah lagi dengan sikap Pemerintah Kota Singkawang yang dirasakan kurang peduli terhadap pelestarian budaya- budaya Muslim (Melayu) yang pernah ada.
Menurut Panglima Muda Bala Komando Pemuda Melayu-Markas Wilayah Kota Singkawang, Dedi Mulyadi menyampaikan, “Padahal ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota untuk memelihara warisan budaya yang tentunya untuk kita wariskan kepada anak cucu kita dimasa mendatang, dan kita sebagai masyarakat dengan segala keterbatasan hanyalah sebagai pendukung, peserta dari setiap kegiatan Budaya”.
“Dalam benak dan hati kecil dengan sebuah kejujuran bahwa ada rasa iri yang begitu besar terhadap kebudayaan-kebudayaan lain yang hingga hari ini semakin besar dan selalu terjaga oleh kaumnya, sebut saja Etnis Dayak dengan acara Naik Dango-nya, Etnis Tionghoa dengan acara Cap Go Meh-nya,” katanya.
“Mereka berhasil memelihara budaya leluhur mereka sehingga peradaban-peradaban yang pernah ada dapat diwariskan kepada generasi mereka, dan semua itu dibesarkan dan didukung pembiayaan oleh Pemerintah Kota,” tambah Dedi.
“Berlatar belakang pemikiran tersebut maka kami terpanggil dan merasa bertanggung jawab untuk menjaga warisan leluhur kita sehingga dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan diwariskan kepada generasi mendatang” katanya lagi.
Untuk itu, Dedi Mulyadi berwacana dan merencanakan kegiatan event budaya Muslim Kota Singkawang dan sekitarnya yang dikemas dalam bentuk acara Tumpahan Salok Melayu Nusantara.
“Mengapa kami mengambil nama ‘Tumpahan Salok Melayu Nusantara’ itu adalah mengingat Kegiatan ini merupakan nilai silaturahmi dari berbagai sub Melayu yang lahir dalam Bangsa Melayu,” katanya.
Dedi menyampaikan, bahwa event itu akan diadakan setiap tahun nantinya, sebagai agenda tahunan acara besar umat Islam Kota Singkawang yang akan menjadi Kalender Wisata Pemkot Singkawang.
“Acara tumpahan salok ini wajib kita dukung dengan membawa banyak harapan bagi seluruh Umat Muslim Kota Singkawang dari berbagai suku, etnis dan bangsa,” katanya.
“Tentunya peran dan ketokohan dari Ibu Tjhai Chu Mie sebagai Wali Kota Singkawang jika mendukung dan mempelopori kegiatan ini merupakan anugerah bagi umat Muslim Kota Singkawang dan sekitarnya. Sehingga diharapkan wacana ini dapat terealisasi perdana di tahun 2023 nanti,” katanya.
Dedi juga mengatakan, bahwa event tersebut momentum dari persatuan, kemajemukan dan pluralisasi dalam event-event budaya dan keagamaan di Kota Singkawang, mulai dari Cap Go Meh bagi Umat Tionghoa, Naik Dango dari etnis Dayak, dan Tumpahan Salok bagi umat Muslim dan Melayu.
“Diharapkan Kegiatan Acara Tumpahan Salok ini dapat sejajar dalam kalender unggulan wisata Kota Singkawang seperti Cap Go Meh dan Naik Dango yang sudah dilakukan setiap tahunnya dan didukung oleh Pemerintahan Kota Singkawang,” katanya.
Tentu dengan kegiatan ini selain makna tanggung jawab menjaga budaya luhur dan nilai-nilai keislamannya, diharapkan juga akan memberikan dampak ekonomi yang luas dalam meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Singkawang, baik itu home industri, pedagang tradisional, pedagang-pedagang musiman, pedagang makanan dan minuman, petani sayur dan buah juga pelaku ekonomi lainnya seperti penginapan, angkutan transportasi, jasa Pelayanan dan sewa-menyewa peralatan, juru parkir dan banyak lagi sektor lainnya yang mendapat dampak peningkatan ekonomi.
“Karena dengan kegiatan Tumpahan Salok ini akan membuat masyarakat Singkawang dan wisatawan dari luar bakal tumpah ruwah memadati Kota Singkawang selama kegiatan berlangsung yang diagendakan sepekan lamanya.
Acara-acara Tumpahan Salok:
Parade Musik Tanjidor Melayu dan Drumband Kota Singkawang.
Festival Zapin Nusantara Se- Kalimantan.
Pameran Benda – Benda Cagar Budaya Peradaban Muslim Kalimantan Barat.
Pesta Laggum (Meriam Bambu).
Festival Layang-layang se-Malimantan Barat.
Atraksi Pangkak Gasing se-Kalimantan Barat.
Atraksi Pencak Silat se-Kalimantan Barat.
Pameran Produksi Kerajinan Tradisional Masyarakat Singkawang.
Karnaval Kebudayaan Umat se-Kalimantan Barat.
Saprahan Ketupat, menyertakan Kepala Daerah se-Kalbar.
Tabligh Akbar, mengundang Da’i Nasional.
Silaturahmi Raja dan Sultan se-Nusantara.
Seminar Sejarah Keislaman Nusantara dan Kesultanan Islam Nusantara.
Penyerahan Tropy/Plakat:
Tokoh Pluralisme Kota Singkawang.
Tokoh Kebudayaan Dan Kesenian Islam Kota Singkawang.
Acara Amal :
Infaq AL-QUR’AN dan Pembagian kepada Santri, Yatim, Piatu dan Keluarga Kurang Mampu.
Infaq Baju Muslim utk Para Mu’alaf.
Khitanan Massal dan Arak – Arakan Peserta khitanan Massal Singbebas.
Waktu Kegiatan:
Setiap hari ke 3 sampai hari ke 9 Perayaan Hari Raya Idul Adha.
Tempat:
Balai Serumpun Rumah Adat Melayu, Halaman Mess Daerah dan Lapangan Tarakan.
Sumber Dana :
APBD Kota Singkawang 2023.
Sumbangan Umat.
Donatur (Lembaga, Institusi, Perkumpulan, Komunitas, Instansi, Perusahaan, Ormas-Ormas dan lain-lain).
Penjualan Souvenir dan Malam Dana.
Sasaran dan Target:
Edukasi terhadap Generasi Mendatang.
Tergalinya budaya-budaya Muslim lampau.
Terjalinnya ukhuwah Islamiyah dan persaudaraan bangsa melayu.
Tumpah ruah masyarakat dan wisatawan di Kota Singkawang, sebagai pusat peradaban dan destinasi wisata.
Ditambahkan Dedi Mulyadi, “Jadi harapan kami jelas, apapun namanya kegiatannya nanti, apakah ‘Tumpahan Salok’ atau budaya ‘Serumpun Melayu’ yang penting kegiatan budaya Melayu itu dapat setara dengan perayaan Cap Go Meh ataupun Naik Dango, dan pagelaran kebudayaan Melayu itu menjadi agenda tetap dalam kalender wisata Kota Singkawang”, tutup Dedi. (Wan Daly)