Entikong ,infokalbar.com
Karantina Entikong kembali lepas ekspor untuk mendorong ekspor komoditas pertanian di perbatasan agar terus mengalami peningkatan dalam rangka pencapaian gerakan tiga kali lipat ekspor komoditas pertanian. Kegiatan dilaksanakan di Marketing Point Entikong bersama Kementerian Perdagangan (Kemendag), Direktorat Pengembangan Pasar dan lnformasi ekspor dan CIQS Wilayah Entikong kabupaten Sanggau Kalbar.selasa(18/7/2023) kemarin.
“Keberadaan Marketing Point Entikong diharapkan dapat dimanfaatkan para eksportir Indonesia dan pembeli asal negara tetangga untuk saling bertukar informasi kebutuhan ekspor dengan memanfaatkan fasilitas tempat promosi serta pelayanan terkait ekspor yang telah tersedia,” ungkap Marolop Nainggolan, Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor dalam sambutannya.
Pasca pandemi Covid-19, Karantina Entikong terus mendorong ekspor komoditas pertanian di perbatasan. Hal ini direalisasikan dengan berangsur meningkatnya nilai ekspor dari bulan ke bulan pada tahun 2022 pasca dibukanya kembali pintu perbatasan darat Malaysia. Pada tahun 2023, Karantina Pertanian Entikong terus berkomitmen untuk meningkatkan ekspor di kawasan perbatasan, kali ini strategi yang dilakukan yaitu berkolaborasi dengan kementerian perdagangan dan instansi terkait di PLBN Entikong.
Pelepasan ekspor 16.000 kg arang dan 1.680 kg hortikultura ini diharapkan menjadi langkah yang lebih besar menuju kemajuan sektor pertanian Indonesia, khususnya di wilayah Entikong yang terletak di perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Adanya kolaborasi ini, diharapkan para petani akan mendapatkan manfaat positif yang signifikan dalam mengembangkan usaha pertanian mereka dan diharapkan menjadi langkah menuju kemajuan sektor pertanian Indonesia.
Noval Isnaeni selaku perwakilan Karantina Pertanian Entikong mengatakan “Kolaborasi ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam mendukung para petani. Kami berkomitmen untuk terus memfasilitasi kemudahan ekspor dan membuka akses pasar internasional bagi produk-produk pertanian Indonesia.”
(Syamsumen )