SIMAN BAHAR, Siapa Dia? Cukong dan Beban Rakyat Kalbar

Mengungkap ulah SIMAN BAHAR, cukong PETI di Kalbar. Aktivitas tambang emas ilegal ini merusak lingkungan, merenggut nyawa, dan menyebabkan kerugian negara triliunan rupiah. Meski operasi digelar, pemberantasan dinilai tak menyentuh aktor intelektualnya.
Mengungkap ulah SIMAN BAHAR, cukong PETI di Kalbar. Aktivitas tambang emas ilegal ini merusak lingkungan, merenggut nyawa, dan menyebabkan kerugian negara triliunan rupiah. Meski operasi digelar, pemberantasan dinilai tak menyentuh aktor intelektualnya.

KALBAR, Infokalbar.com – Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kalimantan Barat (Kalbar) terus menorehkan luka mendalam. Di balik kilau logam mulia, tersembunyi kerusakan ekologi masif, korban jiwa, dan kebobrokan sistem yang menyuburkan kejahatan terstruktur.

Ironisnya, di tengah gencarnya operasi penertiban, nama besar seperti Siman Bahar sebagai dalang utama justru bebas berkeliaran.

Sungai-sungai yang dahulu jernih di wilayah Serimbu, Kabupaten Landak, kini berubah menjadi kolam lumpur keruh.

Hutan yang lebat berganti menjadi ladang-ladang gersang penuh lubang menganga. Aktivitas PETI telah mengubah wajah alam Kalbar secara drastis.

Penggunaan merkuri dan bahan kimia beracun lainnya mencemari air dan tanah, mengancam kesehatan masyarakat dan keanekaragaman hayati.

Alat-alat berat lalu lalang dengan leluasa di kawasan yang seharusnya dilindungi, menggerus setiap jengkal tanah tanpa ampun.

Operasi Semu Seremonial

Polda Kalbar memang kerap menggelar operasi besar-besaran. Namun, efektivitasnya dipertanyakan. Aksi penertiban sejauh ini dinilai hanya menyentuh permukaan.

Pekerja harian dengan mesin dompeng sederhana menjadi sasaran empuk, sementara alat-alat berat dan para cukong yang membiayai operasi ilegal ini nyaris tak tersentuh.

Masyarakatakat pun bertanya-tanya: ada apa dengan penegakan hukum di bumi Kalimantan Barat?

Pola ini menciptakan siklus yang tak berujung pekerja kecil ditangkap, peralatan seadanya disita, tetapi otak di belakang layar tetap leluasa merekrut pekerja baru dan menggerakkan mesin perusak mereka.

Tanpa penindakan pada tingkat pemodal, upaya pemberantasan PETI ibarat memangkas rumput liar tanpa mencabut akarnya.

Sang Dalang Ongkang-Ongkang

Dalam setiap pembicaraan mengenai PETI di Kalbar, nama Siman Bahar kerap disebut sebagai aktor kunci. Ia diduga kuat sebagai cukong yang menggerakkan roda bisnis haram ini. Lebih dari itu, jaringan yang dibangunnya melibatkan nama-nama besar lain yang telah puluhan tahun berkecimpung, seperti Ana dan Jojon.

Pasangan suami-istri ini dikenal sebagai pemodal dan penampung emas ilegal yang menguasai tiga wilayah kaya emas: Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Mempawah. Jejak mereka bahkan terhubung dengan kasus besar lain, seperti Aliong, “Bos Emas” yang pernah diamankan polisi dengan 40 kilogram emas ilegal. Koneksi ini memperlihatkan betapa kuat dan mengakarnya jaringan PETI di Kalbar.

Dampak PETI melampaui sekadar kerusakan lingkungan. Negara dirugikan hingga ratusan triliun rupiah setiap tahunnya dari potensi pendapatan pajak dan royalti yang menguap.

Lebih tragis, nyawa manusia menjadi taruhan. Banyak laporan tentang pekerja yang tewas tertimbun longsor atau keracunan bahan kimia.

PETI juga menciptakan ketimpangan ekonomi yang tajam. Para pelaku usaha tambang sah harus menanggung beban perpajakan dan kewajiban lingkungan.

Sementara para pelaku PETI seperti jaringan Siman Bahar beroperasi tanpa beban tanggung jawab, meraup keuntungan besar dengan biaya sosial dan lingkungan yang ditanggung oleh masyarakat.

Tekanan publik untuk penegakan hukum yang adil dan menyeluruh kian menguat.
Masyarakat mendesak Polda Kalbar dan seluruh aparat penegak hukum untuk bersikap transparan dan tak pandang bulu.

Penangkapan Siman Bahar, Ana, Jojon, serta oknum-oknum di tataran atas harus menjadi prioritas.

Pemberantasan PETI harus dilakukan secara komprehensif, dari hulu ke hilir.

Tanpa itu, segala operasi hanyalah pertunjukan semu yang membiarkan kanker ganas terus menggerogoti kedaulatan negara, kelestarian alam, dan kesejahteraan rakyat Kalimantan Barat.

Masa depan Kalbar tergantung pada tindakan tegas hari ini. (ARP)