SINGKAWANG, infokalbar.com – Tak hanya meluluhlantakkan sendi-sendi kehidupan sosial dan ekonomi, wabah Covid-19 yang telah melanda Indonesia selama kurang lebih dua tahun ini, diakui juga telah menguras banyak energi serta pikiran.
Hal itu pula yang turut dirasakan oleh Direktur Rumah Sakit Abdul Aziz Kota Singkawang, dr Ruchanihadi. Kepada wartawan Info Kalbar, Senin (26/07/2021), pria yang yang akrab disapa Didik tersebut mengisyaratkan, bahwa Covid-19 ini seperti ibarat “perang baru”, dimana kita semua harus kompak agar bisa menang.
Selain menguras tenaga dan pikiran, penanganan Covid-19 juga turut menguras anggaran khusus yang tidak sedikit. Bahkan untuk tahun 2020 kemarin, RS Abdul Aziz Kota Singkawang yang terletak di Jalan Dr Sutomo nomor 28, Kecamatan Singkawang Barat itu, mendapat alokasi anggaran sebesar, yakni sekitar Rp 23 miliar.
“Memang benar adanya (Rp 23 miliar, red), akan tetapi perlu masyarakat ketahui, anggaran itu bukan berupa uang tunai (cash) yang langsung diberikan ke rumah sakit,” jelas Didik.
Namun dana tersebut teranggarkan dalam berbagai bentuk kebutuhan, baik berupa fisik maupun non fisik yang sifatnya dapat menunjang rumah sakit dalam hal penanganan pandemi Covid-19.
“Termasuk kegiatan-kegiatan di rumah sakit, kemudian untuk bahan-bahan habis pakai, misalnya seperti masker, baju hazmat, kemudian sarung tangan pendek dan sarung tangan panjang, kemudian ada insentif untuk tenaga non kesehatan, kemudian juga ada kegiatan untuk penambahan makanan untuk tenaga yang di rumah sakit, itu sekitar ratusan orang, serta masih banyak yang lain-lainnya, semuanya untuk menunjang penanganan Covid-19,” tutur Didik.
Lebih jauh, Didik menjelaskan, adapun pengertian dana yang “diberikan”, adalah berupa pagu, artinya pagu dana sebesar Rp 23 miliar itu, sekali lagi, tidak diberikan ‘bulat-bulat’ berupa uang tunai ke rumah sakit.
“Tidak berupa uang ‘plak’ (bertumpuk-tumpuk, red) seperti itu, tidak begitu,” terang Didik.
“Jadi dana tetap ada di Pemkot. Jadi modelnya, kita melakukan pengklaiman berdasarkan kegiatan yang sudah dilaksanakan, misalnya kita mengajukan pembelian sarung tangan, ya sudah barangnya ada, kwitansinya juga ada lengkap, kita baru ajukan dari Pemkot nanti uangnya juga langsung ke antar rekening yang dituju (pihak ketiga, dst, red),” paparnya.
“Kemudian misalnya beli barang ini ke perusahaan ini, jadi uangnya masuk ke perusahaan yang dituju, jadi tidak diberikan berupa dana mentah ke rumah sakit,” sambungnya.
Ketika ditanya, apakah dana sebesar Rp 23 miliar pada penganggaran tahun 2020 kemarin habis terserap? Didik mengatakan, jika merujuk dari pada pagu, dana tersebut masih tersisa sekitar Rp 200 ribu.
“Sekitar Rp 200 (ribu) atau berapa, tapi itupun sisanya bukan di rumah sakit, sisanya masih di Pemkot, artinya kita tidak klaim,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Didik juga turut memberikan bantahan terkait kabar miring seputar penggunaan anggaran dana Covid-19 pada tahun 2020. Kabar tersebut diketahui sempat berhembus di kalangan masyarakat dan juga warganet (netizen) di beberapa platform media sosial.
“Jadi terkait kalau ada misalnya dugaan-dugaan miring, misalnya terkait dana penanganan Covid-19 untuk Rumah Sakit Abdul Aziz pada tahun 2020, maka Insya Allah, semua itu tidak benar,” kata dia.
Terlepas dari soal anggaran tahun 2020, bagaimana dengan penganggaran tahun 2021? Didik mengaku cukup turun drastis. Yakni hanya Rp 5,5 miliar.
“Sementara untuk di tahun 2021 dana untuk penanganan Covid-19 yang sudah dibagikan ke kita Rp 5,5 miliar saja, sudah dipakai dalam rangka untuk mempersiapkan penyelenggaraan laboratorium PCR Kota Singkawang,” katanya. (Indra)