Berita  

Pertautan Dua Sahabat Spiritual GMRI Memintal Tali Persaudaraan Yang Sejati

Jacob Ereste :

(Banthe Dammasubho Mahathera & Eko Sriyanto Gangendu)

Profesor Salim Said yang pernah  meneropong manusia Indonesia dari bilik politik, menyimpulkan bahwa orang Indonesia banyak yang tidak takut pada Tuhan. Tapi mereka lebih banyak yang takut pada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Padahal waktu disumpah dulu, begitu berani dan lantang berjanji dihadapan Tuhan untuk  menunaikan amanah sebagai pejabat publik dengan baik. Setelah itu tak sedikit mereka yang terjerat hukum karena culas menilep duit rakyat. Pendapat Profesor Salim Said itu selaras dengan apa yang dikatakan Banthe bahwa manusia merasa telah lebih pintar dari Tuhan. Sehingga tindakan  mereka jadi semena-mena bukan saja terhadap alam, tapi juga sesama makhluk hidup dan manusia lainnya.

Intinya, menurut Banthe, bahwa Budhis itu Bhudha Dharma. Jadi bukan agama. Seperti di Negara Butan yang menganut sistem Budhis. Jadi cara berpikir rakyat Butan itu juga Buddhis seperti negara Butan yang juga Budhis meski berada di tengah negara-negara lain yang kuat mempengaruhi budaya materialistik yang lebih bersifat duniawi. Namun yang unik, negara dan bangsa Butan merasa menjadi manusia dan bangsa yang paling berbahagia di dunia, karena mereka punya dua UU tata cara menebang pohon dan tata cara menyembelih hewan secara yang lebih beradab.

Dalam tuntunan dan ajaran Buddha ada sebutan Karania Metta Sutta. Artinya adalah kasih dan  sayang harus terus menerus  dikembangkan. Lalu ada juga Ratana Sutta, yaitu sifat dan sikap untuk selalu melakukan puji-pujian kepada Permata Buddha, Dhamma, dan Sangha Buddha.

Adapun yang dimaksud dari Ettavatatiadipattidana adalah ungkapan dari pelimpahan jasa yang berawal dari kata Ettavata. Jadi begitulah adanya sejumlah tata  aturan yang dianjurkan dan tertulis dengan indah di teras masuk ke Wisma Sangha Theravada Indonesia, Pondok Labu Jakarta Selatan. Wisma ini diresmikan pada 16 Maret 2002 atas dukungan Keluarga Besar Trihatma Kusuma Haliman. Semua fasilitas yang tersedia dapat dimanfaatkan juga  untuk kegiatan sosial kemasyarakatan. Karena menurut Banthe Dammasubho, masalah umat beragama dahulu dan sekarang sudah sangat berbeda.

“Dahulu orang beragama akan mendapat rasa ketenangan dan ketentraman, tapi sekarang justru sebaliknya”, kata Banthe. 

Sebab orang yang asyik menekuni agama sekarang cenderung untuk dicurigai. Maka itu bagi umat beragama sekarang justru merasa adanya rasa ketakutan dan rasa tidak nyaman. Karena memang sejumlah label bisa distempelkan begitu gampang dengan beragam stigma yang melumpuhkan geran maupun kegiatan untuk hidup lebih wajar dan lebih baik, karena selalu bisa mendekatkan diri dengan Tuhan.

Meski begitu, toh acara temu kangen dua sohib ini tetap memberi banyak berkah. Setidaknya setiap pengunjung telah mendapat satu paket bahan bacaan–satu tas dari Banthe–yang pepak dengan ilmu dan pengetahuan. Agaknya, karena itu Bunda Imhar Wati Burhanudin secara spesial merasa mendapat pengalaman spiritual tersendiri. Selain berbuka puasa di tempat Bhikku, pengalaman spiritual serupa ini pun dirasakan telah memperluas cakrawala budaya dan wawasan beragama, hingga tidak lagi terbatas berbuka puasa di masjid atau di lingkungan ustadz atau ustadzah saja. 

Karena pada kunjungan acara ini Banthe telah menjamu dengan acara berbuka puasa sunnah yang juga secara kebetulan sedang dilakukan. Hingga menjadi sangat terkesan spesial dengan menu sajiannya yang khas, bubur kacang hitam yang langka jadi menu santapan harian. 

Reaksi spontan Bunda Wati yang membersit seusai membaca release “Jamuan Banthe Ala Sufi” sungguh terkesan pula ingin dituliskan secara khusus pengalaman batinnya itu agar bisa lebih berarti juga untuk orang lain. Setidaknya dapat berbagi pengalaman spiritual yang maha langka tadi itu. Sebab dari pengalaman spiritual serupa itu tidak mustahil bisa memantik inspirasi bagi orang lain yang membacanya. Sebab dari pengalaman spiritual berpuasa seperti tuntinan  Islam yang bertaut dengan budaya Buddhis, pastilah akan menjadi bagian dari pangalaman dan pengetahuan yang  sangat kangka dan bermanfaat. Minimal kesan itu–mungkin saja–juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi keluarga Buddhis, khusus dalam pertautan tali persaudaraan antara Banthe Dammasubho bersama Eko Sriyanto Galgendu agar tetap terus tak letih untuk menebar kebaikan dalam ikatan tali  persaudaran yang semakin kukuh dan kuat menjadi fondasi bangunan dari peradaban manusia yang baru.

Garut – Jakarta, 26 September 2021