Berita  

Koordinator FW & LSM Kalbar Indonesia: Kerusakan Alam Serta Hutan Salah Satu Penyebab Banjir di Kalbar

PONTIANAK, infokalbar.com – Hampir satu bulan, beberapa Kabupaten di Kalimantan Barat terdampak banjir yang sangat memprihatinkan hingga mencapai sebahu orang dewasa.

Setidaknya, ada lima kabupaten yang hingga kini masih dalam kategori memprihatinkan, antara lain; Sintang, Sekadau, Sanggau, Melawi dan Kapuas Hulu.

Banjir yang melanda Kalimantan Barat ini bahkan menjadi perhatian pemerintah pusat. Pada minggu lalu, Menteri Sosial, Tri Rismaharini, sempat meninjau langsung ke lokasi bencana. Kemudian pada sabtu 20 November 2021 menteri PUPR juga turut serta ke lokasi guna memastikan kembali tentang mengatasi masalah tersebut.

Melihat semua itu, Koordinator FW & LSM Kalbar Kabupaten Sintang, Bambang Iswanto angkat bicara. Ia menyebut, kerusakan alam serta hutan merupakan salah satu penyebab banjir di Kalbar.

“Kalimantan (dahulu, red) disebut-sebut sebagai salah satu paru-paru dunia, karena luas hutannya yang mencapai hingga 40,8 juta hektar, kini sudah mulai berkurang. Namun diakhir tahun 2021 apa benar Kalimantan ini masih menjadi paru-paru dunia?” katanya.

“Melihat dari jumlah kerusakan alam yang ada, sepertinya pulau Kalimantan bukan lagi menjadi paru-paru dunia lagi, terlebih semakin tenggelamnya beberapa wilayah di Kalimantan Barat dalam beberapa pekan terakhir ini, yang berdampak banjir besar hampir di setiap wilayah seperti Kapuas Hulu, Melawi, Sintang, Sekadau, Sanggau, dan hampir seluruh wilayah Kalimantan Barat bagian timur ini, membuktikan bahwa memang terjadi penyusutan hutan tropis sebagai paru-paru dunia yang sangat memprihatinkan,” paparnya.

Maraknya aktivitas semacam illegal logging, tambang emas ilegal, batu bara, nikel, bauksit, intan dan perkebunan kelapa sawit pun dituding menjadi penyebab kerusakan alam tersebut.

“Membuat Kalimantan barat menjadi rawan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya,” ujarnya 

“Terkait dengan bencana banjir tersebut dan wilayah hutan Kalimantan yang terlihat semakin menyusut dari tahun ke tahun–di media sosial bencana di mana-mana di wilayah Kalimantan Barat bisa menjadi perhatian kita akan pentingnya memelihara alam,” sambungnya.

Seperti yang kita ketahui, kondisi hutan Kalimantan sejak 1950 hingga 2020 setiap tahunnya mengalami penurunan yang signifikan. Oleh sebab kurangnya resapan air dan intensitas hujan yang cukup tinggi mengakibatkan air meluap dan membanjiri sebagian wilayah Kalimantan Barat,” katanya.

Selain itu juga, Bambang mengungkapkan, pada tahun 1950, hutan pulau Kalimantan tampak berwarna hijau tua pada peta, dan digambarkan masih mendominasi sebagian besar wilayah pulau Kalimantan dahulunya. Kemudian berturut-turut–dari tahun 1985, 2000, 2005, 2010, dan 2020, terlihat bahwa area hutan yang berwarna hijau tua semakin mengecil pada peta yang menandakan bahwa hutan Kalimantan Barat sudah mulai berkurang dan bukan lagi sebagai paru-paru dunia.

“Hal tersebut dikarenakan adanya pembalakan liar, penggundulan hutan, tambang batu bara, tambang nikel, tambang bauksit, tambang emas, tambang intan dan perkebunan kelapa sawit yang dituding menjadi penyebab kerusakan alam tersebut. Dan terjadinya banjir yang kini melanda sebagian wilayah, serta menyebabkan ribuan warga harus mengungsi akibat banjir yang melanda sebagian wilayah Kalimantan Barat,” ujarnya

Lebih lanjut Bambang mengatakan, maka dari itu, perlu adanya perhatian dan tindakan serius dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah, kata dia, jangan hanya tutup mata dan utamanya dalam hal proses perizinan serta lemahnya sistem pengawasan dan penindakan yang menjadi landasan utama hingga terjadi pembalakan liar (illegal logging) dan penambangan ilegal (illegal mining) maupun penambang.

“Kami sebagai social control berharap penuh kepada Bapak Presiden Joko Widodo, pemerintah pusat, para menteri, Panglima TNI dan Kapolri untuk menindak tegas para cukong, oknum, dan kelompok masyarakat yang dalam hal ini butuh tindakan tegas dan jangan pula tutup mata, tutup telinga ketika masyarakat di daerah ingin menyampaikan akan adanya gejolak sosial yang merusak alam, seperti pembabatan hutan (illegal logging) maupun penambangan ilegal (illegal mining) bungkam seakan tak berdaya oleh sekelompok cukong yang serakah dengan kekayaan alam kita, seperti yang masih terjadi pada saat ini dan efeknya sekarang baru kita rasakan,” bebernya.

“Kurang apa lagi dengan kejadian banjir yang melanda sebagian wilayah Kalimantan Barat akibat dari keserakahan manusia yang mengakibatkan kerusakan alam, inilah dampak yang dirasakan masyarakat di Kalimantan Barat ini, khususnya di beberapa wilayah kabupaten yang dilanda banjir dan ruas jalan yang longsor di beberapa daerah pada tahun-tahun lalu.

“Ini negara kita, dimana di mata dunia merupakan paru-paru, akankah kita diam begitu saja ketika sanak saudara kita dilanda banjir yang dibuat oleh sekelompok orang yang serakah dan tidak berprikemanusiaan tanpa memikirkan dampak dari ulahnya, serta tak memikirkan masa depan generasi penerus yaitu anak cucu kita,” tandasnya. (M. Tasya)