mgid.com, 605850, DIRECT, d4c29acad76ce94f
banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90 banner 728x90

Gubernur Sumut: Saya Dengar Adzan Harus Dikecilkan, Saya Perintahkan Itu Dibesarkan

  • Share
Keterangan foto: Edy Rahmayadi yang berlatar belakang militer dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal (Letjen) TNI ini berhasil menjadi Gubernur Sumatera Utara (Sumut), setelah ia memenangkan suara terbanyak pada Pilgub Sumut tahun 2018. (Internet/Istimewa)
Keterangan foto: Edy Rahmayadi yang berlatar belakang militer dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal (Letjen) TNI ini berhasil menjadi Gubernur Sumatera Utara (Sumut), setelah ia memenangkan suara terbanyak pada Pilgub Sumut tahun 2018. (Internet/Istimewa)

SUMUT, infokalbar.com – Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Edy Rahmayadi, turut menanggapi kekisruhan yang terjadi di masyarakat belakangan ini, salah satunya terkait persoalan aturan volume adzan.

“Saya dengar adzan harus dikecilkan. Saya perintahkan itu dibesarkan,” kata Edy saat menghadiri acara Muzakarah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Edisi Muharram 1440 Hijriah tingkat provinsi di Aula MUI Sumut, Minggu (23/9/2018), seperti dikutip dari Tribunmedan.com.

“Sebab kalau sound-nya saja rusak, orang tak dengar suara adzan, jadi tak ke masjid. Dan kalau yang suaranya kecil itu iqomat,” sambungnya.

Sebelumnya, acara Muzakarah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Edisi Muharram 1440 Hijriah tingkat provinsi ini mengambil tema “Dengan Semangat Hijriah, Kita Rajut Ukuwah Menuju Sumatera Utara Bermartabat”.

Selain Edy, hadir pula diantaranya Wakil Gubernur Sumut, H Musa Rajekshah, Ketua MUI Sumut, Abdullah Syah, Dewan Pertimbangan MUI Sumut, Maslin Batubara, anggota DPD RI, Darmayanti Lubis, utusan MUI kabupaten/kota, dan ratusan ulama.

“Ulama itu pimpinan, setelah Rasulullah tak ada. Jadi kalau sudah tak ada ulama, bubar bangsa ini,” kata Edy.

Menurutnya, ulama sebagai pemuka agama adalah sosok yang harus dihormati dan dipanuti. Karena itu pula, sebagai umaro atau pemimpin pemerintahan, Edy tidak berharap para ulama datang ke kantor Gubernur dan mengantri untuk masuk, berdesakan dan sebagainya, sehingga terkesan diperlakukan tidak layak.

“Saya pernah berjanji, tetapi bukan sekadar janji. Saya tak mau ulama datang ke Kantor Gubernur, tetapi panggil saya, undang saya, saya akan hadir,” kata Edy. (FikA)

  • Share