LANDAK, infokalbar.com – Jembatan Sailo Dusun Seleterpadu, Desa Karangan, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, telah berada diambang pintu keruntuhan. Kondisi itu diakibatkan oleh banjir yang menerpa Dusun Seleterpadu beberapa waktu yang lalu.
Sebagaimana yang terus diulas oleh media ini dan beberapa media jaringan (termasuk Infoindonesia.com), kondisi jembatan penghubung antar pemukiman warga ini terus memburuk sejak itu.
Dimana disebutkan sebelumnya, kalau keberadaan jembatan ini sangat krusial bagi kehidupan sosial masyarakat setempat. Selain sebagai penghubung antar pemukiman warga, jembatan ini juga dijadikan sebagai pusat akses bagi pertanian dan perekonomian warga. Dalam artian lain, inilah jembatan satu-satunya–sebagai jalur penyeberangan–yang dimiliki oleh warga.
Untuk informasi, bahwa jembatan ini terbuat dari kayu belian dengan panjang kurang lebih 30 meter. Akibat arus banjir, jembatan ini sudah tidak layak pakai, dimana tiang-tiang di bawahnya sudah habis patah dan posisi jembatan juga miring mau runtuh.
Penanganan yang lambat dan berlarut-larut oleh pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Landak, pun menjadi kekecewaan tersendiri oleh warga.
Meskipun oleh pemerintah desa telah melaporkan kejadian tersebut dan telah disurvey oleh pihak BPBD Landak, namun hingga kini, tidak ada tindak lanjut untuk penanganan perbaikan jembatan ini.
Dari pantauan awak media di lokasi, masyarakat setempat pun akhirnya melakukan gotong royong untuk memperbaiki jembatan itu, dengan berbekal alat seadanya.
Warga juga melakukan penggantian tiang yang ada dengan kayu bulat, dengan tujuan agar bisa dilewati sementara–sembari menunggu action Pemerintah Kabupaten Landak yang “katanya” akan membangunnya secara permanen.
Dari wawancara terhadap warga yang tengah bergotong royong, jujur mereka mengatakan kecewa terhadap Pemerintah Kabupaten Landak, terutama BPBD Landak, yang terkesan acuh dengan permasalahan darurat seperti ini.
“Kami sebagai warga merasa kecewa dengan BPBD Landak yang tidak tanggap dengan masalah jembatan ini,” jelas Yohanes.
“Ini kan akibat bencana alam, harusnya pihak terkait responlah, anggaran darurat untuk bencana alam kan harusnya ada, masak mereka diam-diam tidak tanggap dengan masalah warga,” kesalnya.
“Kondisi jembatan ini kan sudah dilaporkan bolak-balik, bahkan proposal sudah diajukan, tapi mereka diam seribu bahasa. Makanya kami warga mengambil sikap untuk gotong royong dan memperbaiki apa adanya, daripada nunggu mereka, mungkin jembatan tersebut sudah makan korban jiwa,” kata Yohanes lagi. (Gones)