BATAM, Infokalbar.com – Laut China Selatan pagi itu diam. Tetapi tidak sunyi. Angin berbisik membawa kabar buruk: Casiopeia, kapal tanker raksasa pengangkut gas alam cair, telah jatuh ke tangan teroris.
Layarnya yang megah kini menjadi bayang-bayang maut, mengarungi ombak dengan misi jahat—bom apung siap menghancurkan perairan Indonesia dan Singapura.
Namun, laut tak pernah membiarkan kejahatan berlalu tanpa jawaban. Dari balik layar intelijen, dua kekuatan maritim bergerak: MSTF (Maritime Security Task Force) Singapura dan Puskodal Koarmada I TNI.
Keduanya menyatu dalam tarian taktis, mengurai benang merah ancaman yang nyaris tak terlihat.
Jejak-Jejak Kapal Tanker Dibajak
Kapal Casiopeia—nama yang diambil dari rasi bintang cantik—berubah jadi monster.
Berangkat dari Laut China Selatan, kapal ini seharusnya mengangkut harum gas alam cair, bukan petaka.
Tapi di suatu titik gelap, para teroris mengambil alih. Mereka merencanakan the worst-case scenario: menjadikan kapal ini sebagai senjata pemusnah massal di perairan tersibuk dunia.
Intelijen awal dari Information Fusion Center (IFC) Singapura dan Pusinfomar TNI mengungkap pola gerakan mencurigakan.
Radar mendeteksi Casiopeia melenceng dari rute, kecepatannya tak wajar, dan komunikasi terputus.
Sinyal ini cukup untuk membangunkan raksasa yang sedang tidur: pasukan khusus TNI dan SAF.
Di ruang operasi rahasia, layar-layar komputer memancarkan data seperti bintang di malam hari.
Setiap titik, setiap frekuensi, dianalisis dengan ketelitian neurosurgeon. Kolaborasi intelijen ini bukan sekadar pertukaran data, tapi fusion of souls—dua negara bersatu melawan ancaman bersama.
“Mereka bergerak seperti hantu, tapi kita punya mata di mana-mana,” ujar seorang perwira TNI yang enggan disebutkan namanya.
Hasilnya? Peta kekuatan teroris terungkap: 12 orang, bersenjata lengkap, dengan eksplosif yang siap diaktifkan.
Pasukan Elit Tumpas Teroris Sebelum Bom Apung Meledak
Dawn assault. Saat fajar merekah, dua kapal perang mendekat seperti silent predators.
Dari udara, helikopter tempur bersiaga. Di bawah gelombang, tim penyelam pasukan khusus sudah menyusup.
Operasi ini tidak butuh waktu lama—presisi dan kecepatan adalah nyawa. Dalam hitungan menit, teroris yang mengira diri mereka aman di tengah laut, dikepung.
Beberapa mencoba melawan, tapi sia-sia. Pasukan elit TNI-Singapura bergerak seperti symphony of violence: cepat, mematikan, dan tanpa ampun.
“Tidak ada korban sipil. Tidak ada ledakan. Hanya kami dan mereka,” lapor komandan operasi.
Ini bukan sekadar latihan. Griffin Cakti 2025 adalah magnum opus kerja sama TNI-SAF.
Sejak pembukaan pada 2 Juni 2025, latihan gabungan ini dirancang untuk mengasah kemampuan operasi khusus dalam skenario high-stakes: pembajakan kapal, teror maritim, dan penyelamatan sandera.
“Kami tidak berlatih untuk perang. Kami berlatih untuk mencegah perang,” tegas Vice Admiral Aaron Beng, Chief of Defence Force Singapura.
Di atas kapal komando, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan Vice Admiral Aaron Beng menyaksikan langsung aksi heroik pasukan mereka.
“Saya melihat tidak hanya profesionalisme, tapi juga jiwa kesatria. Mereka adalah penjaga peradaban,” kata Jenderal Agus, matanya berbinar bangga.
Vice Admiral Aaron Beng menambahkan: “Ini adalah bukti bahwa keamanan regional adalah tanggung jawab bersama. Dan hari ini, kita menang.” (Wawan Daly Suwandi)