JAKARTA, infokalbar.com – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 45 tahun Swara Maharddhika tahun 2022, berlangsung meriah dan penuh kekompakan, di Crito Kulo Cafe, Jalan Grafika, Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Minggu (15/05/2022).
HUT yang mengusung Tema “Merangkul Dengan Karya” ini sekaligus dirangkai dengan acara reuni, halal bihalal–tidak saja alumni Swara Maharddhika, tetapi juga para kerabat, yang pernah terlibat, dalam kegiatan dan pagelaran Swara Maharddhika.
“Kami berharap acara ini terus mempersatukan kami untuk terus dapat produktif, kreatif, dan menggali ide-ide segar untuk terus melestarikan Seni dan Budaya. Dan berbuat sesuatu untuk Indonesia tercinta,” ujar Ai Syarif, Perancang Busana dan juga anggota Swara Maharddhika di sela-sela acara.
Acara HUT kala itu turut dimeriahkan dengan Fashion Show Koleksi DJAWA by Benny Adrianto dan Ai Syarif 1965. Tak hanya itu, terdapat pula penampilan musik dari The Three Ladie’s Featuring Devian – Music: Kemad, Rico, Heni Band, Randi Anwar, Djajusman dan Dua Sejoli, dan tentunya Alumni Swara Maharddhika. Tampak hadir pula Indro Warkop, Memes dan Adhi MS.
“Meski fase akut pandemi berakhir, kami tetap menjalani acara dengan mematuhi protokol kesehatan,” sambung Ai Syarif.
Sejarah Berdirinya Swara Maharddhika
Swara Maharddhika adalah Sebuah organisasi kesenian yang didirikan oleh Guruh Sukarnoputra dan kawan-kawannya pada 27 Maret 1977. Swara Maharddhika dalam bahasa Sanskerta berarti “suara yang perkasa”.
Berdirinya Swara Maharddhika ini, berawal dari keinginan sekelompok anak muda agar bisa tampil mengisi acara di TVRI Jakarta. Kelompok vokal yang dilatih Johny Lantang itu kemudian bergabung dengan Guruh Sukarno Putra.
Dari berbagai kegiatan seni timbul niat untuk menjadi sebuah wadah berkesenian kemudian menjadi sebuah organisasi, maka pada 27 Maret 1977 secara resmi Swara Maharddhika berdiri.
Sebagai organisasi, Swara Maharddhika merupakan wadah bagi para pemuda untuk belajar mengembangkan diri dalam berorganisasi dan sekaligus berkesenian. Dari sisi seni, Guruh bereksperimen dan menemukan bentuk seni yang merupakan paduan antara kebudayaan barat dan kebudayaan tradisional.
Dalam pandangan Guruh, seni tradisional harus diangkat agar lebih dihargai dan seni Indonesia digarap secara serius, artistik, mewah, penuh cahaya, gemerlap, dan kolosal, sesuai tradisi pakaian daerah di seluruh nusantara yang gemerlapan penuh hiasan.
Setiap pementasannya melibatkan puluhan bahkan kadang lebih dari seratus pendukung. Swara Maharddhika tampil pertama kali di Museum Fatahillah, Jakarta, dalam acara dasawarsa Yayasan Mitra Budaya sekaligus perpisahan Ali Sadikin pada akhir masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pementasan ini disusul pementasan berikutnya, antara lain dalam Dies Natalis Fakultas Psikologi VI.
Pementasan komersial pertama Swara Maharddhika terlaksana pada tahun 1979 Pergelaran Karya Cipta Guruh Sukarno Putra; tahun 1980, Untukmu Indonesiaku; tahun 1984, Cinta Indonesia; tahun 1986, Gilang Indonesia Gemilang; tahun 1987, Gempita Swara Maharddhika.
Banyak anggota Swara Maharddhika, yang terus berkiprah pada kesenian seperti Restu Iman Sari, Titi DJ, Memes, Denny Malik, Rama Soeprapto, Kris Soewardjo, Ati Ganda, Ai Syarif, Toby Rorimpandey, Karina Suwandi, Harry De Fretes, Benny Adrianto, Fani Wiryawan, Vandy Haddade, Elza Simanungkalit.
“Kami masih terus menjalin komunikasi dan silaturahmi lewat grup, kedepannya Swara Maharddhika akan membuat acara sosial/ charity untuk membantu keluarga anggota Swara Maharddhika, kan gak semuanya sukses, dan tentunya untuk Indonesia,” tutup Ai Syarif. (Lina)