Artikel ini membahas agenda sahur bersama yang digelar oleh Plt Ketua PWI Kalimantan Barat, Wawan Suwandi, di Kabupaten Sanggau. Acara ini menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas antarwartawan sekaligus merancang program kerja strategis guna meningkatkan kesejahteraan anggota PWI Kalbar.
Artikel ini cocok bagi pembaca yang ingin mengetahui upaya organisasi jurnalis dalam menghadapi tantangan dunia pers modern.

Di tengah gemerlap lampu-lampu Kota Sanggau, sebuah acara penuh kehangatan berlangsung di Rumah Makan Minang Ratu pada Rabu dinihari 19 Maret 2025.
Plt Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Barat, Wawan Suwandi, menggelar sahur bersama yang tak hanya sekadar ritual bulan suci Ramadhan, tetapi juga menjadi ajang diskusi serius tentang masa depan para wartawan di provinsi tersebut.
Acara ini bukan sembarang pertemuan. Di sela-sela hidangan nasi goreng dan teh manis hangat, terdengar obrolan hangat yang mencerminkan harapan besar bagi kemajuan organisasi.
Apakah ini sekadar basa-basi atau langkah konkret menuju perubahan? Mari kita bedah lebih dalam.
Kebersamaan Tak Sekadar Formalitas
Sahur bersama ini bukan sekadar momen silaturahmi biasa. Setelah shalat subuh berjamaah, suasana pun berubah menjadi forum diskusi santai namun serius.
Wawan Suwandi, sebagai nahkoda sementara PWI Kalbar, menegaskan bahwa organisasi ini harus lebih dari sekadar wadah perkumpulan wartawan.
“Kami ingin memastikan bahwa PWI Kalbar tidak hanya berkembang secara organisasi, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi para anggotanya,” ujar Wawan dengan nada tegas.
Kesejahteraan Anggota dan Penguatan Organisasi
Di tengah derasnya arus informasi digital, tantangan bagi wartawan tradisional semakin kompleks.
Banyak wartawan yang menghadapi tekanan ekonomi akibat minimnya penghasilan dari profesi mereka. Oleh karena itu, salah satu fokus utama pembahasan adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan anggota PWI Kalbar.
“Program-program yang akan kami susun ke depan harus mampu menjawab kebutuhan wartawan di Kalimantan Barat,” tambah Wawan.
Salah satu pernyataan menarik dari Wawan Suwandi adalah ajakannya kepada seluruh anggota PWI Kalbar untuk tidak saling nyinyir.
Ia menekankan pentingnya karya yang sehat dan profesionalisme dalam dunia jurnalistik.
“Jangan ada lagi saling nyinyir antar sesama wartawan. Mari berkarya yang sehat. Karya itu penting,” katanya dengan nada tegas.
Namun, apakah seruan ini cukup kuat untuk mengubah budaya saling sindir yang kerap terjadi di kalangan wartawan? Di era media sosial yang serba cepat, godaan untuk saling sindir atau bahkan memfitnah kerap kali sulit dihindari.
Langkah Strategis Menuju Masa Depan Gemilang
Dengan adanya sahur bersama ini, diharapkan solidaritas antaranggota PWI Kalbar semakin kuat. Hal ini diyakini akan membuat organisasi berjalan lebih efektif dalam mewujudkan berbagai program strategis ke depan.
“Kami ingin PWI Kalbar menjadi organisasi yang tidak hanya besar, tetapi juga bermanfaat bagi semua anggotanya,” kata Wawan optimistis.
Namun, seperti kilat badai petir di siang hari tanpa hujan, apakah langkah-langkah strategis ini akan benar-benar terwujud? Ataukah hanya sekadar retorika yang indah di telinga namun kosong di tindakan?
Harapan Besar di Tengah Tantangan Modern
Di era digital yang semakin kompetitif, tantangan bagi wartawan tradisional semakin berat.
Media online dan platform sosial media telah mengubah cara orang mengonsumsi informasi. Oleh karena itu, PWI Kalbar harus bergerak cepat untuk menghadapi tantangan ini.
Melalui sahur bersama ini, Wawan Suwandi berharap dapat membangun sinergi yang kuat antaranggota.
Namun, apakah sinergi ini cukup untuk menghadapi badai perubahan di dunia jurnalistik? Hanya waktu yang akan menjawab.
Sahur bersama di Sanggau bukan sekadar acara rutin. Ini adalah momentum bagi PWI Kalbar untuk merangkul anggotanya, memperkuat solidaritas, dan merancang program-program strategis demi kesejahteraan wartawan di Kalimantan Barat. ***