Sebuah ironi jalan nasional yang terbengkalai di Desa Bali, Parindu, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Ketika BPJN Kalbar tak kunjung bertindak, seorang polisi bernama Bripka Andre Zunaidi tampil sebagai pahlawan lokal yang memperbaiki jalan rusak akibat longsoran.
SANGGAU, Infokalbar.com – Di tengah hutan rimba birokrasi Indonesia, ada satu cerita unik dari Desa Bali, Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Sebuah jalan nasional—yang seharusnya menjadi tanggung jawab Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalbar—kini nyaris putus akibat longsoran atau erosi beberapa bulan lalu.
Namun, alih-alih melihat truk-truk pengaspalan atau alat berat milik pemerintah pusat, warga hanya disuguhi pemandangan jalan yang semakin amblas.
Entah karena anggaran habis, keterbatasan sumber daya manusia, atau mungkin BPJN Kalbar sedang liburan panjang ke pantai, jalan tersebut tak kunjung diperbaiki.
Akibatnya, para pengguna jalan harus rela bergoyang bak penari salsa di atas aspal yang retak-retak.
Ketika Polisi Harus Jadi Montir Jalan Raya
Sementara BPJN Kalbar entah di mana, muncul seorang pahlawan lokal bernama Bripka Andre Zunaidi. Anggota Bhabinkamtibmas Polsek Parindu ini tak cuma mengatur lalu lintas, tapi juga ikut turun tangan memperbaiki jalan yang amblas.
Ya, Anda tidak salah baca: seorang polisi berubah peran menjadi “kontraktor dadakan.”
“Kami hanya ingin membantu agar arus lalu lintas tidak terhambat,” kata Bripka Andre dengan nada santai, seolah-olah memperbaiki jalan adalah bagian dari tugas rutinnya. Padahal, seharusnya pekerjaan ini dilakukan oleh dinas terkait, bukan oleh seorang polisi yang mungkin lebih sering latihan bela diri daripada menambal aspal.
Namun, apa boleh buat. Ketika pemerintah absen, rakyat kecil hanya bisa berharap pada sosok seperti Bripka Andre. Setidaknya, usahanya membuat warga sedikit lega meski tetap menyimpan pertanyaan besar: “Kenapa pemerintah pusat malah diam saja?”
Warga Mengeluh, Tapi Siapa yang Mendengar?
“Waduh, Pak, sudah berbulan-bulan begini. Kami cuma bisa pasrah,” ujar seorang warga setempat dengan nada kesal. Dia mengaku sudah berkali-kali melapor ke dinas terkait, namun hasilnya nihil. Bahkan, ketika ditanya soal BPJN Kalbar, dia hanya tertawa miris.
“Laporan kami kayak masuk angin, Pak. Entah kenapa, jalan nasional kok malah dibiarkan begitu saja,” tambahnya.
Keluhan serupa juga datang dari pengguna jalan lain. Mereka mengaku frustrasi karena macet parah sering terjadi di lokasi tersebut. “Mana statusnya jalan nasional, lho. Kok malah nggak diperhatikan sama sekali?” tanya seorang sopir truk yang kebetulan lewat.
Ironisnya, keluhan warga ini tampaknya hanya berakhir sebagai angin lalu bagi pihak yang berwenang. Sementara itu, Bripka Andre terus berusaha menambal lubang-lubang di jalan dengan segala keterbatasannya.
Moral Tanggung Jawab Hingga Iba Hati
Meski bukan tugas utamanya, Bripka Andre Zunaidi tetap melanjutkan upayanya untuk membantu warga. Selain mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan total, dia juga turun tangan langsung memperbaiki jalan.
“Saya kasihan melihat warga yang kesulitan melewati jalan ini. Kalau saya tidak bergerak, siapa lagi?” katanya dengan nada rendah hati.
Namun, di balik sikap heroiknya, ada sindiran terselubung bagi pemerintah pusat. Apakah benar bahwa tugas memperbaiki jalan nasional harus dilimpahkan kepada seorang polisi? Bukankah ini adalah tanggung jawab BPJN Kalbar yang digaji untuk hal tersebut?
Sayangnya, dalam drama absurd ini, Bripka Andre menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, sementara BPJN Kalbar masih belum menunjukkan batang hidungnya.
Jalan Nasional Amblas, Solusi Lokal Berjalan
Fakta bahwa seorang polisi harus turun tangan memperbaiki jalan nasional adalah gambaran sempurna dari kegagalan sistemik.
Di satu sisi, kita patut bersyukur memiliki sosok seperti Bripka Andre yang peduli terhadap masyarakat. Di sisi lain, ini adalah tamparan keras bagi institusi pemerintah yang seharusnya lebih responsif terhadap kebutuhan rakyat.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pak Andre. Beliau benar-benar membantu kami,” kata salah seorang warga dengan nada penuh haru. Namun, di balik rasa syukur itu, ada kekecewaan mendalam terhadap BPJN Kalbar yang seolah-olah hilang ditelan bumi.
Jika seorang polisi bisa memperbaiki jalan nasional, lalu di mana letak tanggung jawab BPJN Kalbar? Apakah mereka terlalu sibuk menghitung anggaran hingga lupa bahwa ada rakyat yang menderita akibat jalan rusak? Ataukah mereka hanya pura-pura buta karena merasa tidak ada yang akan menuntut pertanggungjawaban mereka?
Bripka Andre Zunaidi telah membuktikan bahwa kepedulian bisa datang dari mana saja, bahkan dari luar lingkup tugas resmi.
Namun, harapan besar tetap tertuju pada BPJN Kalbar untuk segera turun tangan. Sebab, jalan nasional bukanlah tanggung jawab seorang polisi, melainkan tanggung jawab negara yang seharusnya hadir di tengah-tengah rakyatnya.
Ada banyak Bripka Andre di luar sana yang berjuang demi kebaikan masyarakat, tetapi tugas mereka seharusnya tidak termasuk memperbaiki jalan rusak.
Biarlah polisi fokus menjaga keamanan, sementara BPJN Kalbar—atau siapa pun yang bertanggung jawab—melakukan tugasnya dengan baik.
Semoga keadian pilu ini menjadi cambuk bagi pihak terkait untuk lebih peka terhadap kebutuhan masyarakat.
Karena pada akhirnya, rakyat hanya ingin satu hal: jalan yang layak untuk dilewati tanpa harus bergantung pada aksi spontanitas pahlawan lokal. (ARP)