Ketika Pertalite di SPBU Kubu Raya berubah jadi ‘emas hitam’ ilegal! Berikut skandal tangki siluman, pengawas yang lembut, dan hukum yang terlindas minibus nakal.
Kubu Raya, Iinfokalbar.com – Di Desa Korek, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, SPBU 64.783.II bukan cuma menjual Pertalite, tapi juga “pertunjukan” bagaimana hukum bisa dikibuli.

Seorang sopir minibus piawai beraksi bak pesulap: tangki mobilnya “kosong”, tapi tiba-tiba ada tumpahan BBM dari tangki siluman di dalam mobil. “Ini bukan magic, ini murni kelihaian mengakali subsidi!”
Harga resmi Pertalite: Rp10.000 perliter, tapi di pasaran gelap bisa tembus Rp11.000 (selisih Rp1.000 perliter).
Aturan jelas: Pengisian tangki siluman = pelanggaran UU Migas (Pasal 55 UU Nomor 22/2001).
Aksi Siluman Yang Tak Sesiluman Itu
Saat awak media mengisi BBM, mata mereka tertuju pada minibus yang “sedang tidak mengisi BBM”.
Tunggu dulu—tumpahan BBM justru datang dari tangki tambahan di kolong mobil! “Lho, ini mobil atau truk tangki mini?”
Sopirnya mungkin murid tidak resmi Houdini: mengubah Pertalite jadi “uang tambahan” dengan trik now you see it, now you don’t.
Pengawas SPBU? Hanya berkomentar: “Kami akan tegur operator.” Teguran yang sama kerasnya dengan ancaman “nanti saya laporkan ke mama kamu!”.
Tegur-Menegur Sampai Kiamat
Konfirmasi ke pengawas SPBU berakhir seperti sinetron: “Kami sedang memantau.” Padahal, pelanggaran ini sudah rahasia umum. “Kalau mau jujur, SPBU ini bisa jadi lokasi syuting Mission Impossible: Pencurian Subsidi,” sindir seorang warga.
Temuan Pahit:
Selisih harga Pertalite ilegal di pasaran mencapai Rp1.000/liter. Artinya, 1 tangki 50 liter = Rp50.000 untung extra per transaksi.
Jika ada 10 mobil perhari yang curang = Rp500.000 perhari = Rp15 juta perbulan!
Masyarakat Geram: Kami Bayar Pajak, Mereka Main Siluman!
Warga sekitar mengeluh: “Kami antre dapat Pertalite, mereka malah jadi konglomerat gelap!” Sebagian bahkan menuding ada “kerjasama diam-diam” antara oknum SPBU dan pelaku.
SPBU ini layak dapat penghargaan: ‘Inovasi Terbaik dalam Mengakali Negara’!” Kalau terus begini, lebih baik ganti nama jadi SPBU: ‘Sarana Penipuan Bagi Untung’.”
Negara Tidur Nyenyak, Maling Bermimpi Jadi Raja
Kasus ini cuma puncak gunung es. Jika pengawasan hanya “tegur-tegur santai”, maka Pertalite akan tetap jadi komoditas black market favorit.
Negara ini butuh polisi BBM, bukan pengawas yang bisanya cuma geleng-geleng! Dear pemerintah, subsidi BBM itu untuk rakyat, bukan untuk diakali seperti diskon e-commerce!
Kalau mau jualan Pertalite lebih mahal, buka saja official store di marketplace. Dijual Rp11.000, gratis ongkir! (ARP)