Polisi bilang sedang mengejar, KPK sibuk urus koruptor lain, sementara Lisan Bahar sudah melenggang ke luar negeri—mungkin sambil bawa dodol durian lagi. Inilah potret hukum Indonesia: mafia kabur, uang menguap, dan rakyat cuma bisa gigit jari. Kisah keluarga Bahar bukan sekadar skandal, tapi parodi pahit yang terus berulang.
PONTIANAK, Infokalbar.com – Mafia Emas yang kabur dengan gaya Mission Impossible. Adalah Lisan Bahar, sang mafia emas ilegal asal Provinsi Kalimantan Barat.
Dia kembali mempertontonkan aksi kaburnya yang lebih dramatis daripada film Mission Impossible.
Sabtu, 4 Mei 2025, ia hilang bak ditelan bumi saat penggerebekan di Perdana Square, Pontianak Selatan.
Kemana Polisi? Mereka hanya bisa menggeleng sambil berkata, “Kami sedang dalam pengejaran…”—kalimat yang sama yang kita dengar sejak 1998.
Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Adhe Hariadi, dengan wajah serius membenarkan Lisan Bahar masih buron.
Tapi, publik sudah hafal skenarionya: setiap kali ada operasi, sang mafia selalu punya exit strategy. Tahun 1998, ia kabur bawa emas dalam dodol durian.
Kini, ia tinggalkan puluhan miliar rupiah plus dollar ratusan dan 47 keping emas—seolah berkata, “Ini saja dulu, sisanya nanti saya ambil lagi.”
Dodol Durian dan Emas Batangan: Resep Rahasia Lolos Hukum
Tahun 1998, Lisan Bahar (atau Lim Ciun On, tergantung mood KTP) ketahuan bawa 2,1 kg emas di Bandara Supadio.
Modus? Dibungkus dodol durian. Alhasil, petugas bea cukai hanya bisa gigit jari karena dokumen PLB-nya “terlihat valid”. Kolonel Wiyantono, sang kepala bandara, sampai mengeluh: “Hukum di sini kadang lebih lunak daripada dodol itu sendiri.”
Siman dan Lisan: Duo The Godfather Kalimantan
Siman Bahar, sang kakak, sudah dua kali jadi tersangka KPK—terbaru kasus illegal mining yang rugikan negara triliunan.
Lisan? Ia hanya meneruskan family business. Keduanya sudah jadi legenda di dunia illegal mining, dengan jaringan dari Pontianak sampai Monterado. Hotel Golden Tulip? Ya dia pemiliknya. Itu hanya dijadikan side business untuk cuci uang.
47 Keping Emas dan Satu Kardus Uang: Unboxing Harta Karun
Polisi awalnya mau menangkap bandar narkoba, tapi malah nemukan treasure chest ala Pirates of the Caribbean: 47 emas batangan dan uang asing senilai ratusan miliar.
Sayangnya, Lisan Bahar sudah booking tiket one-way flight” sebelum polisi datang. Empat tersangka lain ditangkap, tapi tanpa Lisan, ini seperti makan rendang tanpa sambal—kurang greget.
KPK Vs Lisan Bahar Adalah Fast and Furious: Kalimantan Edition
KPK sudah menangkap Siman, tapi Lisan masih on the run. Seperti musuh bebuyutan dalam serial action, setiap kali hampir tertangkap, ia selalu punya plot armor.
Apakah ini akhir ceritanya? Tidak. Karena di Kalimantan, hukum seringkali hanya jadi background noise bagi para cukong.
Mafia Tak Pernah Capek
Lisan Bahar mungkin akan kembali—dengan modus baru, dokumen baru, atau mungkin… dodol durian baru. Sementara itu, polisi tetap akan bilang: “Kami sedang mengejar.”
Dan publik? Mereka hanya bisa tertawa getir, karena di negeri ini, mafia seringkali lebih consistent daripada penegak hukum. (ARP)