Saksikan ironi donor darah di Cianjur dalam rangka HANI 2025. Mengungkap sisi gelap narkotika, semangat kemanusiaan, dan absurditas dunia. Baca kisah lengkapnya yang akan mengoyak emosi Anda.
KABUPATEN CIANJUR, Infokalbar.com – Di tengah hiruk pekok dunia semakin edan, di mana narkoba merajalela bak hantu yang tak kasat mata, tibalah saatnya kita merenung.
Bukan dengan air mata meleleh mengurai menetes. Tapi dengan senyum getir yang menyembunyikan luka amat dalam.
Inilah kisah tentang donor darah di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, sebuah lakon digelar untuk memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) tahun 2025.
Sebuah ironi yang begitu memilukan, namun juga menyimpan secercah harapan bagi kehidupan semakin pana: ekonomi tidak menentu.
Panggung Kemanusiaan di Tengah Kota
Di sebuah ruko sederhana di Jalan KH Abdullah Bin Nuh, Pamoyanan, Cianjur, pada hari Minggu cerah panggung kemanusiaan telah dipentaskan.
IPWL GMDM Kabupaten Cianjur, dengan segala kerendahan hati (dan mungkin juga sedikit kebanggaan), menggelar acara donor darah.
Sebuah langkah mulia, tentu saja. Darah, cairan merah yang begitu berharga, disumbangkan untuk mereka yang membutuhkan.
Namun, di balik kemuliaan itu, tersimpan sebuah cerita yang lebih dalam.
Ketua IPWL GMDM Kabupaten Cianjur, Ade Kusnadi, dengan senyum yang mungkin terasa pahit di bibirnya, menyampaikan bahwa acara ini adalah bentuk peringatan HANI.
Sebuah pengingat akan perang melawan narkotika tak kunjung usai. Sebuah peperangan tak hanya melibatkan aparat, tapi juga hati nurani kita semua.
Antusiasme Menggugah Selera Rakyat Tanah Pasundan
“Alhamdulillah,” kata Ketua IPWL GMDM Kabupaten Cianjur, Ade Kusnadi dengan nada yang seolah ingin menyembunyikan kepedihan. “Anggota IPWL GMDM dan warga sekitar sangat antusias untuk ikut donor darah.”
Antusiasme yang begitu membara, bahkan di tengah acara car free day. Sebuah pemandangan yang mengharukan, sekaligus menggelikan.
Di satu sisi, kita disuguhi semangat kemanusiaan yang membara. Di sisi lain, kita diingatkan akan betapa parahnya masalah narkoba yang telah meracuni negeri ini.
Apakah mereka yang menyumbangkan darah ini adalah para pahlawan? Entahlah. Hanya waktu yang bisa menjawab pastinya itu.
Atau, mungkinkah mereka adalah para korban yang tak berdaya? Pertanyaan ini menggantung di udara, seperti asap ganja yang mengepul di sudut-sudut gelap kota.
Para Pemain dan Sutradara
Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting. Ade Kusnadi, sang ketua yang penuh semangat.
Tim kesehatan PMI Kabupaten Cianjur, para malaikat berwajah ramah yang siap menampung darah kita.
Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) F Joko P sang pembina yang mungkin memiliki kisah kelam di masa lalu.
Mayor Infanteri (Purn) Didin Saripudin S.Pd M.Pd, seorang purnawirawan Tentara Nasional Indonesia yang telah menyaksikan begitu banyak penderitaan rakyat se Nusantara. Dan tentu saja, para ketua DPKC serta anggota IPWL GMDM.
Mereka semua adalah pemain dalam drama ini. Mereka adalah sutradara yang berusaha mengendalikan alur cerita.
Namun, apakah mereka benar-benar mampu mengendalikan takdir? Apakah mereka mampu menghentikan laju narkoba yang semakin menggila?
Ironi Tak Terhindarkan di Tengah Ekonomi Morat Marit
Donor darah adalah tindakan mulia. Namun, di tengah perayaan HANI, ia menjadi sebuah ironi yang tak terhindarkan.
Kita menyumbangkan darah untuk menyelamatkan nyawa. Sementara itu, narkoba terus merenggut nyawa.
Kita berusaha membangun harapan. Sementara itu, keputusasaan terus menggerogoti.
Apakah kita hanya sedang menambal kebocoran di kapal yang karam? Apakah kita hanya sedang menyiram rumput yang sudah terbakar?
Pertanyaan-pertanyaan ini terus menghantui, seperti bisikan setan di telinga.
Asa Menggugah Jiwa
Kisah ini mungkin berakhir dengan donor darah. Namun, perang melawan narkoba tak akan pernah usai.
Ia akan terus berlanjut, dengan segala ironi dan kepedihannya. Kita, sebagai manusia, hanya bisa berharap.
Berharap agar semangat kemanusiaan tetap menyala. Berharap agar harapan tak pernah padam.
Mari kita renungkan bersama. Renungkan kisah pilu ini. Renungkan betapa rapuhnya dunia ini.
Dan, mari kita berjuang. Berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Masa depan yang bebas dari narkoba. (Wawan Daly Suwandi)